Kegagalan Seorang Guru Dalam Mengajar Anak Istimewa (film Taare Zameen Par 2007)

 

Kalian tau gasih film india yang berjudul Taare Zameen Par 2007?

Kali ini aku akan mengkritik para guru yang telah mengajar ihsan. Sebelum itu aku bahas dulu siapa itu Ihsan. Nah, Ihsan adalah pemeran utama di film india tersebut. Ia menderita penyakit yang disebut disleksia.

Kalian tau ga sih apa itu disleksia? Belum ya?

Kita bahas sedikit yuk apa itu penyakit disleksia. Penyakit disleksia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca. Di film india tersebut Ihsan mengalami kesulitan membaca dan menulis namun pihak guru tidak mengetahui atau mungkin bisa dikatakan kurang pengetahuan tentang kondisi tersebut.

Kembali kepokok pembahasan kita mengenai kritik untuk guru Ihsan. Sejak dimulai film kita sudah disuguhi tentang berapa perolehan hasil tes para siswa dan Ihsan selalu mendapatkan nilai terendah diberbagai mata pelajaran. Pada waktu guru menyuruh Ihsan membaca, guru tersebut bisa saya katakan tidak mencerminkan seorang guru. Mengapa bisa berargumen seperti itu? Karena seorang guru berkeajiban untuk mengajar anak-anak, mengajari supaya anak tersebut bisa. Bukan hanya selalu menghukum anak jika tidak bisa, siswa sekolah karena tidak bisa ingin bisa, selain itu seharusnya jangan selalu memarahi anak tersebut karena ketidakbisaannya karena justru akan menghancurkan kepercayaan diri anak tersebut dan temannya juga akan mengikuti apa yang guru itu lakukan justru menimbulkan bullying.

Menurut Ahmadi (1977) Guru (pendidik) adalah sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Selain itu menurut Zakiyah Darajat, guru merupakan pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tuas untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru ialah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah.

Dua pendapat para ahli tersebut yang melandasi argumen saya tentang bagaimana guru Ihsan dalam mengajar Ihsan. Guru juga harus memperhatikan setiap anak didiknya karena itu adalah tugasnya, guru diberi kepercayaan untuk menjadi orang tua untuk murid jadi harus memperlakukan semua murid sama dan menganggap seperti anaknya sendiri. Selain itu, seorang guru jangan asal menghukum siswa tanpa mendengarkan penjelasan dari siswa tersebut. Pahami setiap anak, tanyai apa yang membuat anak tersebut berbuat seperti itu. Dan saya sangat menyayangkan jika anak seperti Ihsan digolongkan anak idiot karena saya sangat yakin jika semua anak memiliki kepintarannya masing-masing. Namun kebanyakan anak bisa disebut pintar jika bisa menguasai berbagai mata pelajaran. Dan jika tidak bisa menguasai pelajaran formal itu disebut anak yang bodoh padahal setiap anak jika kecerdasannya tidak dipelajaran mungkin anak tersebut memiliki kecerdasan dibidang lain.

 

Semoga film tersebut dapat menjadi renungan bagi calon-calon guru yang akan mencerdaskan kehidupan bangsa ini agar tidak melakukan kesalahan serupa seperti guru yang ada di film tersebut. Jadikanlah sebuah pembelajaran, semua anak memiliki kesempatan yang sama. Jangan hancurkan impian mereka yang memiliki masalah dalam dirinya, bantulah mereka, pahamiliah mereka. Mereka hanya ingin dimengerti, dianggap ada, diperlakukan sama dengan yang lain. Mereka ditakdirkan istimewa jadi jangan merusak karakternya dengan anggapan bahwa anak pintar jika bisa menguasai semua pelajaran yang formal.


Komentar